Saudaraku,
Sejenak saja, lepaskan semua beban yang menggantung di dalam hati dan pikiran. Menenangkan diri dari ragam persoalan yang tak pernah selesai kita hadapi dalam hidup ini. Hilangkan sedikit demi sedikit kekecewaan dari kenyataan hidup yang mungkin tak sesuai dengan harapan. Tenteramkan hati kita di sini. Hanyutkan perasaan dan pikiran kita dengan berbicara kepada hati. Agar ia tetap berada pada jalan yang membawa kepada keselamatan.
Sejenak saja, lepaskan semua beban yang menggantung di dalam hati dan pikiran. Menenangkan diri dari ragam persoalan yang tak pernah selesai kita hadapi dalam hidup ini. Hilangkan sedikit demi sedikit kekecewaan dari kenyataan hidup yang mungkin tak sesuai dengan harapan. Tenteramkan hati kita di sini. Hanyutkan perasaan dan pikiran kita dengan berbicara kepada hati. Agar ia tetap berada pada jalan yang membawa kepada keselamatan.
Supaya hati tidak menyeberang terlalu jauh dari arah yang sebenarnya sudah jelas-jelas menjamin kebahagiaan. "Saling berbicaralah engkau dengan hati, karena hati itu cepat lalai. Jauhi hatimu ini dari sentuhan dengan keburukan, karena ia begitu cepat melesat pada keburukan," itu nasihat orang shalih, Hasan Al Bashri.
Saudaraku yang dikasihi Allah.
Bagaimana kondisi iman kita> seperti apa besarnya keyakinan kita terhadap apa yang kita imani? Mungkin kita belum langsung merasa penting bertanya-tanya tentang tingkat keimanan dan keyakinan seperti ini. Mengapa pula kita harus bertanya dan memikirkan, seperti apa keimanan dan keyakinan kita? Padahal sesungguhnya tingkat keimanan dan keyakinan itu yang menjadi landasan utama amal yang kita lakukan. Hasan al bashri rahimahullah mengatakan, "Tidaklah seorang hamba meyakini keberadaan surga dan neraka dengan begitu yakin kecuali ia akan mudah khusyu', tunduk, lurus, dan berhati-hati sampai datang kematian padanya."
Dengan keyakinan, surga bisa diapai. Dengan keyakinan neraka bisa dijauhi. dengan keyakinan, kewajiban bisa terlakana dengan lebih baik. Dengan keyakinan, seseorang bisa lebih sabar berada di atas jalan kebenaran. dengan keyakinan, seseorang menjadi tak mudah diombang ambing oleh keadaan. Dengan keyakinan, seseorang lebih kuat menapakkan kaki menuju keridhaan. Begitulah.
Saudaraku,
Keimanan dan keyakinan itu tempatnya di dalam hati. Dialah yang menjadi patokan dan acuan bagi sikap-sikap lahir seseorang. Jika dalam situasi datar, aman, tidak banyak masalaha, sikap dan perilaku seseorang belum terlihat. Tapi tatkala menghadapi masalah, ketika ditimpa musibah, di sanalah keimanan dan keyakinan yang ada di dalam hati itu berbicara lewat sikap dan perilaku lahir. Manusia, menurut Hasan al Bashri, dalam situasi aman kondisinya sama. Tapi jika diturunkan ujian, maka seorang Mukmin akan berlindung pada keimanannya, sedangkan munafik akan kembali pada kemunafikannya.
Lihatlah saudaraku,
Bagaimana petikan nasihat ulama Bashrah yang bernama Hasan Al Bashri itu. Untaian kalimat yang dikeluarkannya, menjelaskan bahwa penyimpangan perilaku dan sikap dari kebenaran, mulainya karena kerancuan dalam keimanan dan keyakinan. Karenanya, Hasan Al bashri menekankan pengutamaan perbaikan hati dan sangat memelihara apapun yang bisa mengganggu kondisi hati. "Hati-hatilah dari was-was dalam hati, pandangan dan pengaruh pendengaran," ujarnya.
Keyakinan itu penting, semakin seseorang yakin akan keimanannya, semakin besarlah amal-amalnya dan semakin kuatlah jiwanya. Lukman al hakim diriwayatkan berkata kepada anaknya, "Wahai puteraku, sebuah amal tidak mungkin dilakukan dengan baik kecuali dengan keyakinan. Barang siapa yang lemah keyakinannya, akan lemah pula imannya...Anakku, jika syaitan datang kepadamu dari sisi untuk meragu-ragukanmu dan memunculkan kebimbangan, kalahkanlah dia dengan keyakinan dan nasihat yang bisa meyakinkan. Jika engkau didatangi syaitan dari sisi kemalasan dan kebosanan, kalahkanlah ia dengan mengingat mati dan hari kiamat. Jika syaitan mendatangimu dari sisi kesukaan dan ketakutan, beritakanlah padanya bahwa dunia itu pasti akan berpisah dan ditinggalkan."
Saudaraku,
Mari kuatkan keyakinan atas kebenaran jalan ini. Keyakinanlah yang akan mengarah pada dan mengarahkan perubahan. Sekuat keyakinan kita, sepesat itu pula perubahan kebaikan yang akan kita alami. Dunia ini tidak akan pernah berubah kecuali perubahan yang seiring secepat perubahan orang-orang yang hidup di dalamnya. Atau dengan kata lain, dunia ini akan berubah selambat, seperlahan, sesantai, orang yang menjalani kehidupan di dalamnya.
Maka,
Kita adalah pemain dalam hidup ini. Kita yang menentukan arahnya. Maka, kehancuran bermula karena kita yang menginginkan kehancuran. Kelemahan, ketidakberdayaan, berawal karena kita yang menghendaki menjadi lemah dan tidak berdaya. Hidup perlu energi kesabaran. Kesabaran tidak pernah berarti pasif, diam, jumud. Kesabaran artinya aktif, dinamis, dan selalu optimis. Kesabaran tidak pernah ada dengan mimpi, angan-angan, harapan. Kesabaran perlu kekuatan melawan. Melawan segala desakan diri yang ingin melalaikan. Melawan semua serangan yang membuat lemah. Melawan semua pukulan yang ingin menjatuhkan.
Kekuatan sabar ada pada sandaran keimanan. Keimanan yang kuat pasti berdinding pada kuatnya keyakinan. Kekuatan keyakinan akan memunculkan hubungan yang dekat dengan Allah swt. Lalu, kita akan merasakan bahwa kita kuat karena-Nya. Kita hancur tanpa-Nya. Kita mampu melakukan apapun karena dukungan-Nya. Makhluk apapun di dunia lemah di hadapan-Nya.
Saudaraku,
Perjalanan hitam boleh saja ada pada setiap lembar kehidupan orang, siapapun. Sehitam dan sekelam apapun. Tapi siapapun orang yang berada dalam gelap, pasti mendambakan cahaya. Siapapun yang sudah mendapatkan cahaya, pasti berusaha untuk tetap berada dan memegang kuat cahaya itu. Siapapun yang sudah diterangi, tak mungkin rela berjalan menjauh untuk sekedar tersandung, terantuk batu, apalagi tersesat dan jatuh ke dalam jurang. Lihatlah bagaimana Umar radhiyallahu 'anhu sangat menyadari nikmat cahaya Islam yang sudah diterimanya. Katanya, "kita adalah kelompok orang-orang yang dimuliakan Allah melalui Islam. Andai kita mencari kemuliaan dari selain Islam, pasti Allah akan menghinakan kita."@
(Tarbawi..Edisi 148/1 Pebruari 2007)
Saudaraku yang dikasihi Allah.
Bagaimana kondisi iman kita> seperti apa besarnya keyakinan kita terhadap apa yang kita imani? Mungkin kita belum langsung merasa penting bertanya-tanya tentang tingkat keimanan dan keyakinan seperti ini. Mengapa pula kita harus bertanya dan memikirkan, seperti apa keimanan dan keyakinan kita? Padahal sesungguhnya tingkat keimanan dan keyakinan itu yang menjadi landasan utama amal yang kita lakukan. Hasan al bashri rahimahullah mengatakan, "Tidaklah seorang hamba meyakini keberadaan surga dan neraka dengan begitu yakin kecuali ia akan mudah khusyu', tunduk, lurus, dan berhati-hati sampai datang kematian padanya."
Dengan keyakinan, surga bisa diapai. Dengan keyakinan neraka bisa dijauhi. dengan keyakinan, kewajiban bisa terlakana dengan lebih baik. Dengan keyakinan, seseorang bisa lebih sabar berada di atas jalan kebenaran. dengan keyakinan, seseorang menjadi tak mudah diombang ambing oleh keadaan. Dengan keyakinan, seseorang lebih kuat menapakkan kaki menuju keridhaan. Begitulah.
Saudaraku,
Keimanan dan keyakinan itu tempatnya di dalam hati. Dialah yang menjadi patokan dan acuan bagi sikap-sikap lahir seseorang. Jika dalam situasi datar, aman, tidak banyak masalaha, sikap dan perilaku seseorang belum terlihat. Tapi tatkala menghadapi masalah, ketika ditimpa musibah, di sanalah keimanan dan keyakinan yang ada di dalam hati itu berbicara lewat sikap dan perilaku lahir. Manusia, menurut Hasan al Bashri, dalam situasi aman kondisinya sama. Tapi jika diturunkan ujian, maka seorang Mukmin akan berlindung pada keimanannya, sedangkan munafik akan kembali pada kemunafikannya.
Lihatlah saudaraku,
Bagaimana petikan nasihat ulama Bashrah yang bernama Hasan Al Bashri itu. Untaian kalimat yang dikeluarkannya, menjelaskan bahwa penyimpangan perilaku dan sikap dari kebenaran, mulainya karena kerancuan dalam keimanan dan keyakinan. Karenanya, Hasan Al bashri menekankan pengutamaan perbaikan hati dan sangat memelihara apapun yang bisa mengganggu kondisi hati. "Hati-hatilah dari was-was dalam hati, pandangan dan pengaruh pendengaran," ujarnya.
Keyakinan itu penting, semakin seseorang yakin akan keimanannya, semakin besarlah amal-amalnya dan semakin kuatlah jiwanya. Lukman al hakim diriwayatkan berkata kepada anaknya, "Wahai puteraku, sebuah amal tidak mungkin dilakukan dengan baik kecuali dengan keyakinan. Barang siapa yang lemah keyakinannya, akan lemah pula imannya...Anakku, jika syaitan datang kepadamu dari sisi untuk meragu-ragukanmu dan memunculkan kebimbangan, kalahkanlah dia dengan keyakinan dan nasihat yang bisa meyakinkan. Jika engkau didatangi syaitan dari sisi kemalasan dan kebosanan, kalahkanlah ia dengan mengingat mati dan hari kiamat. Jika syaitan mendatangimu dari sisi kesukaan dan ketakutan, beritakanlah padanya bahwa dunia itu pasti akan berpisah dan ditinggalkan."
Saudaraku,
Mari kuatkan keyakinan atas kebenaran jalan ini. Keyakinanlah yang akan mengarah pada dan mengarahkan perubahan. Sekuat keyakinan kita, sepesat itu pula perubahan kebaikan yang akan kita alami. Dunia ini tidak akan pernah berubah kecuali perubahan yang seiring secepat perubahan orang-orang yang hidup di dalamnya. Atau dengan kata lain, dunia ini akan berubah selambat, seperlahan, sesantai, orang yang menjalani kehidupan di dalamnya.
Maka,
Kita adalah pemain dalam hidup ini. Kita yang menentukan arahnya. Maka, kehancuran bermula karena kita yang menginginkan kehancuran. Kelemahan, ketidakberdayaan, berawal karena kita yang menghendaki menjadi lemah dan tidak berdaya. Hidup perlu energi kesabaran. Kesabaran tidak pernah berarti pasif, diam, jumud. Kesabaran artinya aktif, dinamis, dan selalu optimis. Kesabaran tidak pernah ada dengan mimpi, angan-angan, harapan. Kesabaran perlu kekuatan melawan. Melawan segala desakan diri yang ingin melalaikan. Melawan semua serangan yang membuat lemah. Melawan semua pukulan yang ingin menjatuhkan.
Kekuatan sabar ada pada sandaran keimanan. Keimanan yang kuat pasti berdinding pada kuatnya keyakinan. Kekuatan keyakinan akan memunculkan hubungan yang dekat dengan Allah swt. Lalu, kita akan merasakan bahwa kita kuat karena-Nya. Kita hancur tanpa-Nya. Kita mampu melakukan apapun karena dukungan-Nya. Makhluk apapun di dunia lemah di hadapan-Nya.
Saudaraku,
Perjalanan hitam boleh saja ada pada setiap lembar kehidupan orang, siapapun. Sehitam dan sekelam apapun. Tapi siapapun orang yang berada dalam gelap, pasti mendambakan cahaya. Siapapun yang sudah mendapatkan cahaya, pasti berusaha untuk tetap berada dan memegang kuat cahaya itu. Siapapun yang sudah diterangi, tak mungkin rela berjalan menjauh untuk sekedar tersandung, terantuk batu, apalagi tersesat dan jatuh ke dalam jurang. Lihatlah bagaimana Umar radhiyallahu 'anhu sangat menyadari nikmat cahaya Islam yang sudah diterimanya. Katanya, "kita adalah kelompok orang-orang yang dimuliakan Allah melalui Islam. Andai kita mencari kemuliaan dari selain Islam, pasti Allah akan menghinakan kita."@
(Tarbawi..Edisi 148/1 Pebruari 2007)